Minggu, 12 November 2017

KALA KALUT MEMBALUT







KALA KALUT MEMBALUT...

kemelut yang melilit dengan ikatannya
tak jua mereda dari regamnya.
apatah yang membuat pasung jiwa merundung
berulam rasa perih,pedih mengiba
menghimpit dengan desakan desakannya
kebuntuan yang mencelah sedikitpun.
tepar berselimut lebam yang menganga
beku tak mengais dan tak jeda
gerus yang terasa menggores
dingin dalam bisunya harapan
tetes tetes kepedihan mengalir deras
tangisan ataukan penyesalan yang mengguris
akupun tak mengerti arti dari isakannya
terbata dengan sedannya yang melarung
sejauh itukah kubang lara yang mejerat
Hingga kebuntuan itu beku memasung
bagai gunung es yang tak bergeming.
namun aku yakin dari sisi sisi kemengkasan itu
ada celah yang akan menyeruak sebagai logika.
walau hanya secuil dan berlalu
cukup untuk seberkas cahaya yang terpancar
di sana ada setitik harapan
bangkitlah dari manguamu
rundungmu kuharap segera sirna
tataplah dunia dengan kebesaran jiwa.
sahasa ini luas tak bertepi
kerlip itu masih ada
bangunlah untuk sebuah angan
setidaknya ,kau masih punya gairah
dan harapan untuk bangkit
asa janganlah berputus,
harapan janganlah padam
gunakan keyakinanmu,
meskipun hanya secercah yang tersisa
jangan menyerah
jangan kalah sebelum berperang
sarwa kuru tempat perjuangan.
sebelum atma terpanggil kembali kepadanya...
semangat ,walaupun masih sezarah....
sekecil molkul yang bergerak
namun jangan pesimis
tetaplah semangat untuk menggapainya

Sabtu, 11 November 2017

KEINGINAN TERUS MEMBUNCAH




KEINGINAN TERUS MEMBUNCAH

Jejak bhaskara terus menatah teja
walau kelam menyelimuti kisahnya
esokpun dia akan mengulang rona cerahnya ,
berbinar mega di pagi buta
relung hati terus menera denga qolabnya
berbolak balik dengan buncah hasratnya
rasa mengukir asa dengan torehan torehan maya
pikiran mengembang dengan pernak perniknya
melukis hasrat dengan angan
melambung di kaki langit yang tak berpigura
melampau batas cakrawala kemampuannya
ada pula yang mengukur dengan kemampuan diri
kadang angan melayang jauh tak menentu
runyam,mumet tak terkendali
oh sang rasa
berjuta angan mengebiri pikiran
terombang oleh perasaan yang mecerca
melepuh rasa di rundung keinginan
gejolak angan meruah dengan ratahnya
semua terbesit dari langit hati.
mengejar,menggapai.dan merengkuh.
bagai ane ane yang memotong leher padi.
bagai kunang kunang yang berlomba dengan kedipx.
seperti laron yang mengejar cahaya
terkadang keinginan tak sesuai dengan harapan.
kepapaan yang meliputi sifat manusiawi
membuatnya harus pasrah dalam ikhtiarnya
Tak menunggu,namun bergerak dengan upaya.

Jumat, 10 November 2017

SEINDAH GURAT PANORAMA



SEINDAH GURAT PANORAMA

Lembaran asa melukis rasa
sejuk merasuk di jelaga jiwa
seindah alam yang menggurat
di telaga kebeningan sahasa
alun alun sorgawi di riak riak kejernihan
mentari sutera menerpa padha
kemilaunya berbalut keelokan
seindah jiwa jiwa yang tenang
tenteram di lubuk jeladri
ruang ruang rasa bekaca bening
siluet diri berhias kedamaian
di gurat alam yang terlukis
sarwadita menerpa halus
awan awan putih menyutera
meliris kidung semesta
bayu semilir mengibas lembut
oh betapa indah ditha ratna
bias bias kebeningan membalut
terhanyut rasa oleh keagungan
kala jiwa tersentuh oleh keindahanmu
terpaan terpaan halus membelai
bagai alun dendang nirwana
kidung kidung merdu bercengkrama
menjulur mengalir di sekujur raga
gita gita semesta
simpony para malika
orkestra para cahaya
menyejukankan jiwa
menenteramkan hati
elusan elusan lembut dari kejernihan
terasa menuai dengan rasukannya
aku tak henti berdecak kagum
betapa agung keindahan sarwa
yang membentang dengan hamparnya
meruah dengan tatanan serasi
tiada cela dengan goresannya
sesempurna sifatmu yang nyata
bibirpun terkatup tak sanggup berkata
hanya binar yang tepana
dengan balutan rasa tahayyur
penuh keajaiban yang tiada tara.
tanpa tersadari jemari melentik
menggores gulira gulai ratna
dari lubuk nurani yang mengeja
betapa menawan anugerah sutera
yang melepah dengan hamparnya
oh betapa indah keagungan jamala
sempurna dengan kamilahnya 

ketenteraman tak pernah jeda
dari palung palung kebeningan
dan relung relung keindahan

RONA KEINDAHAN



RONA KEINDAHAN

Balutan rasa yang bergulira
di belantara jiwa yang mendamba
di rimba hati yang merajuk
relung relung sukma melukis
ketika rona keindahan itu menyulam
hijau kuningnya rasa
merasuk dengan gemertahnya
giring giring yang menoreh 
dengan aksara aksara teja
kata demi kata
kalimat demi kalimat
dari bait bait sang bidara
bestari elok memuja
sabbah dari kemurnian
yang tak pernah mengingkari
bahwa gurat gurat itu dari fitrahnya
sesuci raga ditha yang tunduk
takluk dengan qodratnya
tak pernah melawan
tak pernah mengeluh
dengan segala keadaanya
sahasa terus berdaur tak lelah
berputar tak bergeming
taat dan patuh
tak ada cercaan yang terdengar
hanya puji puji yang kumandang
dari bahasa bahasa asrinya
tak betrhenti
tak letih
tak lelah
puja menghamda tak putus
tasbih sarwa menghampar semesta
dari lentik dan goyangnya bunga bunga
dari sunging kelopak yang mekar
rona kelembutan yang terpancar
lambaian daun daun yang tertiup pawana
berisik gemersiknya
deru desirnya
ulas usap belainya
riung serangga yang mengisap madu
sesekali mengepak sayap halusnya
oh puja sang jagat
terus berdendang tak henti
simpony rona keindahan
dari kesucian ladunia
tersentuh rasa 
terhanyut jiwa
oleh kidung kidung pujimu
yang membahana
yang menghampar
melepah dengan tulus
terus dan terus tanpa jeda
bagai rotasimu yang tak lelah
puja pujimu tak berhenti
dan aku ingin mengerti
katamu
kalimatmu
bait bait yang kau untai
dari tasbih tasbih yang terlantun
dari qadimnya bahasa semesta
yang mengalun indah
memenuhi jagatprana